Tentang JPO

Menyedihkan…itulah kata pertama yang terlintas begitu aku keliling kota tercinta,  untuk melihat sejumlah JPO ( Jembatan Penyebrangan Orang ) di kota Bandung. Menyedihkan karena melihat keberadaan JPO yang umumnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Di tengah kesibukan kota, umumnya pejalan kaki merasa enggan untuk menyebrang jalan lewat JPO. Tentunya dengan berbagai macam alasan, seolah JPO hanya sekedar monumen yang melintasi jalan raya dan berfungsi hanya sebagai tempat menempelkan reklame saja, bahkan beberapa JPO menjadi tempat tidur siang pengemis atau apapun namanya.

Hmm..singkatnya..., sebagai seorang Civil Engineer, saya akan membicarakan JPO dari aspek teknis dan disain saja. Hal hal lain yang menyangkut peningkatan kesadaran pejalan kaki biarlah menjadi tugas pribadi masing masing serta pihak terkait.

Desain JPO*

Disain jembatan penyeberangan biasanya menggunakan prinsip yang sama dengan jembatan untuk kendaraan. Tetapi karena biasanya lebih ringan dari jembatan kendaraan, pada desain JPO biasanya mempertimbangkan getaran dan efek dinamik dari penggunanya. Di samping itu masalah estetika juga menjadi pertimbangan penting dalam membangun JPO terutama di jalan-jalan protokol dimana desain arsitektur menjadi pertimbangan yang penting.

Variabel yang mempengaruhi penggunaan JPO*
  • Kepadatan lalulintas
  • lebar jalur
  • lokasi
  • aksesibilitas
  • pagar di sekitar trotoar
  • penegakan hukum terhadap pelanggar larangan menyeberang di jalan kendaraan bila sudah memiliki JPO

  *Sumber diambil dari wikipedia

Kombinasi JPO dengan perbelanjaan

                           JPO METRO SOEKARNO HATTA

Salah satu pendekatan yang digunakan dikawasan perbelanjaan yang ramai untuk meminimalisasi kemacetan dan kecelakaan pada jalur cepat adalah  dengan mengkombinasikan JPO dengan pertokoan/perbelanjaan seperti:
  • JPO di Pasar Kosambi
  • JPO di ITC Kebun kelapa
  • JPO di Pasar Baru
  • JPO di Pusat Perbelanjaan BSM
  • JPO di BIP jalan Merdeka
  • JPO Metro Soekarno hatta

Hasil Pengamatan secara  visual

Dari hasil pengamatan , umumnya Kondisi JPO yang ada di bandung masih baik kecuali JPO yang ada di Pasar Baru. Perlu adanya check kelurusan JPO Pasar Baru, karena secara visual terlihat adanya Lendutan di tengah bentang. Padahal secara Beban, JPO ini hanya menahan berat sendirinya, beban angin dan hujan dan gempa yang pernah terjadi, karena JPO ini sudah jarang sekali di gunakan pejalan kaki.

Umumnya, konstruksi JPO terbuat dari Baja, dimana dimensi Gelagarnya adalah WF 300x150. Sementara Tiangnya ada yang menggunakan WF dan Pipa 10” seperti JPO Kosambi.

Pemeriksaan dan re analisis Struktur

Mengingat pentingnya keberadaan JPO dan keselamatan para pengguna jalan, tentunya JPO yang masih berdiri harus tetap memenuhi syarat layannya. Dampak Hujan, gempa yang pernah terjadi  dan Umur dari JPO tentunya mempengaruhi akan sisa kekuatan dari JPO tersebut.

Sebagai seorang engineer, jika suatu saat ditanya tentang masih layak atau tidaknya dari sebuah JPO yang telah berdiri , tentunya kita harus bisa menjawabnya meskipun pemeriksaan atau re analisis terhadap kelayakan struktur JPO tentunya akan berbeda dengan ketika struktur JPO itu di desain.
 
Langkah –langkah Pemeriksaan

A.     Pengumpulan Data

1.     Minta gambar Struktur dari pemberi tugas misal dalam hal ini Dinas Terkait
2.   Alangkah baiknya jika Hasil Perhitungan Struktur JPO tersebut masih ada, sehingga akan lebih memudahkan kita dalam menganalisa ulang kekuatan struktur.

B.     Investigasi Lapangan

  1. Periksa kondisi Cat pada baja JPO apakah masih melekat dengan baik?
  2. Jika tidak apakah pada cat yang mengelupas terjadi karat yang parah?
  3. Jika karat yang terjadi masih ringan maka rekomendasikan bahwa pengecatan ulang harus segera dilakukan. Alangkah baiknya jika direkomendasikan sebelum dilakukan pengecatan dilakukan proses sandblasting terlebih dahulu, karena dengan sandblasting atau penyemprotan abrasive material berupa pasir silika atau steel grit, mampu menghilangkan material kontaminasi seperti karat akibat oksidasi dan zat asam dari air hujan.
  4. Apabila Karat yang terjadi telah parah, maka cara sederhana adalah dengan melakukan pengerikan dengan cutter secara hati hati pada area Profil baja kira kira 3 cm x 3 cm minimal 2 titik. Jika Profilnya WF, maka usahakan membuat area uji sample pada derah WEB dan Flange. Hentikan pengerikan jika permukaan baja sudah mengkilat. (cara pengerikan dilakukan karena tidak memungkinkan untuk memotong batang baja dan di uji di lab)
  5. Lakukan pengukuran ketebalan hasil pengerikan tadi.
  6. Proses pada point 1 s/d 5 adalah untuk menentukan ketebalan baru dari profil baja setelah dikurangi ketebalan karat pada profil, setelah selesai lanjutkan dengan pengukuran ketinggian JPO terhadap Kolom Baseplate. Lanjutkan pengukuran terhadap panjang JPO dan struktur pelengkap seperti Railing dan lain-lain. Hal ini sebagai bahan untuk perhitungan ulang, karena bisa saja antara gambar struktur dengan di lapangan akan lain.
  7. Check kelurusan badan JPO. Apakah terjadi lendutan permanen, terutama di tengah bentang JPO.
 C.    Perhitungan Kembali Struktur JPO

1. Jika ada kesesuaian antara gambar struktur, hasil perhitungan ( print out) perencanaan dan keadaan di lapangan, serta tidakterjadi karat yang berarti, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa Tegangan yang terjadi pada masing masing profil baja JPO (lihat pada perhitungan struktur desain yang lama) serta menentukan lendutan ijin dari JPO tersebut.
2. Jika ada ketidaksesuaian antara gambar struktur, hasil perhitungan dengan keadaan lapangan serta terjadinya karat yang cukup parah, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan perhitungan ulang dimana ketebalan dari profil yang kita hitung tentunya ketebalan setelah dikurangi pengerikan karat.
3.  Misal hasil perhitungan baru dari JPO dengan bentangan 21 meter adalah sebagai berikut:

Tegangan maksimum:

Tegangan Maksimum akibat Beban Kombinasi,   
σ max = 874,5 kg/cm2
Untuk Mutu Baja ST-37, maka  σ ijin = 1600 kg/cm2

Jika Umur layan JPO adalah 10 tahun, dan sisa umur layan tinggal 7 tahun lagi, dengan mempertimbangkan faktor kelelahan dan lain lain maka diasumsikan Tegangan Ijin Baja tinggal 70% nya atau 1120 kg/cm2

Sehingga Karena σ max = 874,5 kg/cm2   < 1120 kg/cm2 ....maka secara Kekuatan, JPO masih Kuat.
 
Lendutan Maksimum:

Lendutan Maksimum JPO = 25,6 mm 

Besarnya lendutan ini di batasi oleh peraturan, di mana untuk baja pada SNI 03-1729-2002 besarnya lendutan dibatasi tidak boleh lebih dari L/240, dimana L dihitung dalam mm.
 Maka Lendutan Ijin = 21000 mm / 240 = 87,5 mm

Nah, Secara hitungan ternyata JPO masih layak karena ∆ max = 25,6 mm < 87,5 mm..............ok
 Kemudian bandingkan dengan hasil check kelurusan waktu investigasi lapangan.

Selamat membaca....saran dan masukkannya sangat saya harapkan.








Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

BEKISTING HORISONTAL: Tabel Bekisting Slab

Hubungan Hasil Tes Uji Tekan Beton dengan Bongkaran Bekisting

PERHITUNGAN BEKISTING KOLOM